KERUSAKAN - KERUSAKAN JALAN BAIK FLEXIBLE PAVEMENT, RIGIT PAVEMENT DAN ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES PELAKSANAAN PEK JALAN

KERUSAKAN JALAN FLEXIBLE PAVEMENT

Jenis-jenis Kerusakan pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1.  Retak (Crack)


Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu factor yang akan membuat luas/parah suatu (DepartemenPekerjaan Umum, 2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).

Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :

A. Retak Halus (Hair Cracking)

Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  2. Pelapukan permukaan.
  3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
  4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.

A. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).

Dalam tahap perbaikan, sebaiknya dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.

B. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)

Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  2. Pelapukan permukaan.
  3. Air tanah pada badan perkerasan jalan
  4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

  • Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
  • Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.

C. Retak Pinggir  (edge crack)

Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang  yang  mengarah  ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jeni sekspansif clay pada tanah dasar .
  2. Sokongan bahu samping kurang baik.
  3. Drainase kurang baik.
  4. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi

Akibat lanjutan:

  • Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  • Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.

Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.

D. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)

Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

  1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
  2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan
  3. Drainase kurang baik.
  4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
  5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

Akibat lanjutan:

  • Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  • Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

E. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)

Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebabnya adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah-celah yang terjadi.

F. Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)

Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
  2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalanlama.

Akibat lanjutan:

  • Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  • Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

G. Retak Refleksi (reflection crack)

Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaikisecara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.
  2. Perbedaan penurunan ( settlement  ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan struktur perkerasan.

Akibat lanjutan:

  • Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
  • Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan denganmengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

H. Retak Susut (shrinkage crack)

Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
  2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Akibat lanjutan:

. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan danmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (  potholes ).

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan dilapis dengan burtu.

I. Retak Selip (slippage crack)

Kerusakan ini sering disebut dengan  parabolic cracks, shear cracks, atau crescent  shaped cracks. Bentuk  retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama denganterbentuknya sungkur ( shoving ).

Kemungkinan penyebab:

  1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
  2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
  3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
  4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

Akibat lanjutan:

  • Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
  • Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).

Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

2. DISTORSI (DISTORTION)


Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis diantaranya:


A. Alur (ruts)

Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasanroda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

B. Keriting (corrugation)

Kemungkinan penyebab:

  1. Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
  2. Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin
  3. Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi
  4. Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.

Keriting dapat diperbaiki dengan cara :

  • Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.
  • Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.

C. Sungkur (shoving)

Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.Penyebab kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.

D. Amblas (grade depression)

Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.

Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:

  • Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.
  • Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai

E. Jembul (upheaval)

Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)


Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:

A. Lubang ( Potholes )

Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :

Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :

  •  Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
  • Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
  • Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.

2.  Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.

3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.

4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

  • Pelepasan butir (raveling)

Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan

  • Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)

Setelah itudilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya

4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)


Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.

5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)

Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.

 

KERUSAKAN JALAN RIGID PAVEMENT

Jenis kerusakan yang terjadi pada perkerasan kaku:

Tipe kerusakan yang umum terjadi pada perkerasan kaku dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe kerusakan yang sejenis berdasarkan model kerusakan. Identifikasi masing-masing tipe kerusakan adalah sebagai berikut :

 

1.   DEFORMASI

Deformasi adalah penurunan permukaan perkerasan sebagai akibat terjadinya retak atau pergerakan antara slab. Tipe kerusakan deformasi dikelompokkan sebagai berikut:

  • Amblas (depression) Amblas adalah penurunan permanen permukaan slab dan umumnya terletak disepanjang retakan atau sambungan. Kedalaman amblas yang dipandang kritis adalah lebih dari 25 mm.
  • Patahan (faulting) Patahan adalah perbedaan elevasi antara slab, akibat penurunan pada sambungan atau retakan. Patahan biasanya terjadi akibat tidak adanya transfer beban di antara dua pelat, yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume lapisan tanah di bawah pelat tersebut. Patahan di sambungan mengakibatkan kurang nyamannya pengendara, dan termasuk kerusakan fungsional.
  • Pemompaan (pumping) Pemompaan adalah fenomena dimana air atau lumpur keluar (terpompa) melalui sambungan atau retakan yang ditimbulkan oleh defleksi slab akibat lalu-lintas. Pemompaan dapat mengurangi daya dukung lapis pondasi karena timbulnya rongga di bawah slab dan umumnya tidak dapat diamati secara visual, kecuali setelah turun hujan. Beberapa material pondasi (base) sangat dipengaruhi oleh aksi pemompaan, seperti halnya pada tanah-dasar (subgrade) yang elastis. Tahap awal dari pemompaan lapis pondasi dari material granuler sama dengan pemompaan pada tanah berbutir halus.

 

2.   RETAK (CRACK)

Bila perkerasan beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan ditutup. Jika terdapat problem structural, maka harus ditambal pada seluruh kedalamannya. Tipe retak yang umum terjadi pada perkerasan kaku dikelompokkan sebagai berikut:

  • Retak Blok (block crack) Retak blok adalah retak saling berhubungan yang membentuk rangkaian blok berbentuk segiempat dan umumnya ukuran blok > 1m.
  • Retak Sudut (corner crack) Retak sudut adalah retak yang memotong secara diagonal dari tepi atau sambungan memanjang ke sambungan melintang.
  • Retak Diagonal (diagonal crack) Retak diagonal adalah retak yang tidak berhubungan dan garis retaknya memotong slab. Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah akibat dari memadatnya tanah dasar pasir halus, sehingga mengurangi kekuatanya dalam mendukung pelat. Kondisi ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang berlebihan dalam pelat .
  • Retak Memanjang (longitudinal crack) Retak memanjang adalah retak yang tidak berhubungan dan merambat ke arah memanjang slab, dimulai sebagai retak tunggal atau serangkaian retak yang mendekati sejajar.
  • Retak tidak beraturan (meandering crack) Retak tidak beraturan adalah retak yang tidak berhubungan, polanya tidak beraturan, dan umumnya merupakan retak tunggal.
  • Retak Melintang (transverse crack) Retak melintang adalah retak yang tidak berhubungan dan retaknya merambat kearah melintang slab. Perkerasan beton semen Portland yang tidak dilengkapi dengan tulangan baja untuk perubahan temperatur, akan lebih beresiko mempunyai retak melintang yang lebar

 

3. KERUSAKAN PENGISI SAMBUNGAN (JOINT SEAL DAMAGE)

Kerusakan pengisi sambungan dapat menyebabkan masuknya bahan lain yang keras ke dalam sambungan, bahan tersebut dapat menghalangi pemuaian horizontal slab yang mengakibatkan tegangan sehingga dapat menimbulkan gompal dan retak, serta masuknya air permukaan dapat mengakibatkan pumping dan rocking. Hilangnya penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan. Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material keras ke dalamnya, sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horizontal.

 

4. GOMPAL (SPALLING)

Gompal adalah pecah yang umumnya terjadi pada bagian tepi permukaan slab, sambungan, sudut atau retakan. Kedalaman gompal bervariasi hingga lebih dari 50 mm.

 

5. PENURUNAN BAGIAN TEPI PERKERASAN (EDGE DROP–OFF)

Penurunan bagian tepi perkerasan adalah penurunan yang terjadi pada bahu yang berdekatan dengan tepi slab.

 

6. TAMBALAN DAN GALIAN UTILITAS (PATCHING AND UTILITY CUTS)

Tambalan adalah area perkerasan yang telah dibongkar dan diganti dengan material pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area perkerasan guna perbaikan perkerasan, dimana dibawah perkerasan ada parit atau lubang yang harus diperbaiki.

 

7. KERUSAKAN TEKSTUR PERMUKAAN (SURFACE TEXTURE DEFICIENCIES)

  •  Keausan akibat lepasnya mortar dan agregat (scaling)

Scaling merupakan kerusakan atau keausan dari slab yang mengakibatkan aus atau lepasnya mortar beton yang diikuti dengan lepasnya agregat pada bagian yang mengalami kerusakan. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan permukaan beton bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam Scaling mudah sekali dikenali, dan merupakan kerusakan yang umum terjadi pada beton. Ditinjau dari kekuatan struktur, kerusakan semacam ini tidak berakibat serius.

  •  Keausan agregat (polished aggregate)

Kekesatan yang rendah adalah kerusakan yang diakibatkan rendahnya tekstur mikro atau makro. Umumnya, rendahnya tekstur mikro disebabkan oleh ausnnya (polishing) agregat kasar pada permukaan beton atau akibat penggunaan agregat bulat dan licin. Penurunan tekstur makro terjadi karena pengausan mortar beton pada perkerasan. Kekesatan yang rendah, meskipun kadang–kadang dapat dikenali, akan tetapi tidak dapat diukur secara visual. Untuk tingkat kerusakan seperti ini, tidak ada definisi derajat kerusakan, tetapi tetap dinilai sebagai kerusakan.

 

8.   LUBANG (POTHOLE)

Lubang adalah pelepasan mortar dan agregat pada bagian permukaan perkerasan yang membentuk cekungan dengan kedalaman lebih dari 15 mm dan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan yang bersudut seperti pada gompal. Kedalamnya dapat berkembang dengan cepat dengan adanya air



 ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES PELAKSANAAN PEK JALAN

Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan  antara lain sebagai berikut:

5.2.1        Excavator

Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu.

Pada proyek konstruksi jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar 5.6.

  • Excavator

 

Gambar 5.6.  Excavator

 

5.2.2        Dump Truck

Dump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik.

Pada proyek konstruksi jalan, Dump truk digunakan untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas . Alat angkut dump truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. Gambar dump truck dapat dilihat pada Gambar 5.7 dump truck Mitsubishi Fuso 220PS

  • dump truk


Gambar 5.7.  Dump truck

 

5.2.3 Water Tank Truck

Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tank. Water tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter.

 Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor. Berikut adalah alat untuk menyiram yaitu water tank dapat di lihat pada Gambar 5.8.

  • Truk Air


Gambar 5.8.  Water Tank Truck

 

5.2.4        Vibratory Roller

Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.

Pada proyek ini, alat penggilas Vibratory roller yang digunakan adalah tipe HAMM 3410 dan di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat berat Vibratory roller dapat di lihat pada Gambar 5.9 di bawah ini.

  • Alat pemadat-Vibratory roller


Gambar 5.9. Vibratory roller

 

5.2.5  Motor Grader

Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.

Pada proyek ini motor grader yang digunakan adalah merk komatsu tipe GD 555 berjumlah 1 dan di pakai untuk menghamparkan material lapis pondasi agregat kelas A. Alat tersebut di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. Gambar alat berat motor grader dapat di lihat pada Gambar 5.10.

 

  • Motor Grader

 

Gambar 5.10. Motor Grader

 

 

5.2.6  Pneumatic Tire Roller

Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”. Pada pekerjaan proyek ini, alat berat pneumatic roller ini di pakai merk SAKAI TS-200 dengan jumlah 2 unit yang langsung di datangkan dari kontaktor. Gambar alat pemadat pneumatic tire roller dapat di lihat pada gambar 5.11.

 

pneumatic tire Roller


Gambar 5.11. Pneumatic tire Roller

 

5.2.7    Tandem roller

Tandem roller adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya. Pada proyek ini, alat penggilas tandem roller di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat berat tandem roller dapat di lihat pada Gambar 5.12 di bawah ini.

Tandem Roller

 

Gambar 5.12. Tandem Roller

 

5.2.8   Asphalt finisher

Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan  hopper  yang tidak beralas. Sedangkan di bawah  hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.

Pada proyek ini, alat asphalt finisher yang digunakan merk NIGATA NFB6C dengan jumlah 1 unit. Alat tersebut di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar asphalt finisher dapat di lihat pada Gambar 5.13.

Asphalt Finisher

 

Gambar 5.13.  Asphalt Finisher

 

5.2.9   Alat-Alat konvensional

Alat-alat konvensional adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat-alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya. Gambar alat-alat konvensional dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Alat-alat Konvensional

 

Gambar 5.14. Alat-alat Konvensional

 

5.2.10   Termometer Iframerah

Termometer inframerah adalah alat untuk mendeteksi temperatur secara optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test, dll.)

Pada proyek ini, alat termometer iframerah digunakan untuk mengukur suhu dari beton aspal yang di angkut oleh dump truck dan juga mengukur suhu dari beton aspal saat penghamparan beton aspal hotmix dengan menggunakan alat  asphalt finisher.

Termometer inframerah

 

Gambar 5.15. Termometer inframerah

 

5.2.11 Aspal Distributor

Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di datangkan langsung dari kontraktor. Bentuk aspal distributor diperlihatkan pada Gambar 5.16.

Aspal distributor

 

Gambar 5.16. Aspal distributor

5.2.12 Alat Core Drill

Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan.

Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor. Bentuk alat core drill dapat dilihat pada gambar 5.17.

 Core Drill test

 

Gambar 5.17. Alat Core Drill

 

5.2.13 Alat Sand cone

Alat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor. Gambar alat sand cone dapat dilihat pada gambar 5.18.

Sand cone

 

Gambar 5.18. Alat Sand cone

5.2.14 Alat CBR

Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.

Alat CBR

 


Gambar 5.19. Alat CBR

Sumber :

https://keselamatanjalan.wordpress.com/2017/12/26/jenis-kerusakan-jalan-lentur/

https://puterabangsa.wordpress.com/2013/07/31/jenis-jenis-kerusakan-pada-perkerasan-lentur-flexible-pavement/

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9265/1/Dede%20Sahbana%20Hasibuan%20-%20fulltext.pdf

https://puterabangsa.wordpress.com/2013/07/31/jenis-jenis-kerusakan-pada-perkerasan-lentur-flexible-pavement/

http://jharwinata.blogspot.com/2017/04/peralatan-pekerjaan-konstruksi-jalan.html


Commentaires

Messages les plus consultés de ce blogue

UTS ( ujian tengah semester )

uraian terkait rencana mutu kontrak (RMK) dalam suatu proyek/kegiatan

detail gambaran/spesifikasi teknis/rencana kerja dan syarat untuk item PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT